
Shaman Jang terkejut melihat “dua bulan” di hadapannya. Ia segera
mengetahui bahwa Yeon-woo adalah anak yang harus ia lindungi. Bulan yang
bila terlalu dekat dengan matahari akan menghancurkan keluarganya,
namun ditakdirkan untuk mendampingi matahari. Ia ingat Ah-ri berkata
anak itu harus dijauhkan dari matahari agar selamat. Sementara bulan
satu lagi, Bo-kyung, mengeluarkan energy gelap dan jahat.
Bo-kyung bertanya apa Yeo-woo juga datang ke istana untuk menemani
Putri. “Nona juga?” tanya Yeon-woo. Bo-kyung menghela nafas kesal.
Yeon-woo jadi merasa tidak enak hati.
Shaman Jang terus memperhatikan keduanya sampai pelayannya mengingatkan
kalau ia ditunggu Ibu Suri. Ibu Suri meminta Shaman Jang menggunakan
kemampuannya untuk melihat apakah salah satu dari kedua gadis yang baru
datang itu, berpotensi menjadi Puteri Mahkota. Shaman Jang tertegun
mendengar permintaan Ibu Suri.

Bo-kyung dan Yeon-woo diantar ke dalam sebuah kamar untuk menunggu.
Keduanya langsung mengambil posisi berjauhan. Yeon-woo menyadari mereka
tidak bisa terus seperti ini. Ia beringsut mendekati Bo-kyung dan
mengajak berteman, agar mereka melupakan apa yang pernah terjadi
(peristiwa Seul). Bo-kyung tertawa sinis tapi ia sudah diperingatkan
oleh ayahnya agar tidak membuat musuh di istana atau membiarkan perasaan
yang sebenarnya terlihat orang lain. Hm..jadi ayahnya yang memakaikan
topeng itu pada Bo-kyung.

Bo-kyung tersenyum palsu dan menerima ajakan Yeon-woo. Yeon-woo
tersenyum lega. Tadinya ia mengira Bo-kyung marah akibat kejadian waktu
itu. Bo-kyung menyangkalnya. Yeon-woo mendekati Bo-kyung dan memegang
tangannya, “Mari kita berteman baik mulai sekarang.” Bo-kyung memaksakan
sebuah senyum di wajahnya.

Hwon mondar-mandir di kamarnya. Ia melihat tanamannya (pemberian
Yeon-woo) yang sudah tumbuh dan bertanya-tanya tumbuhan apakah itu. Tapi
suatu pikiran menyenangkan melintas di benaknya. Ia bisa bertanya
langsung pada Yeon-woo.
Kasim Hyung datang melapor pada Hwon mengenai dua gadis yang datang
untuk menemui Min-hwa. Puteri keluarga Yoon dan puteri keluarga Heo,
Yeon-woo. Begitu mengetahui namanya adalah Yeon-woo, Hwon tersenyum.
“Sudah kuduga. Yeon-woo…nama yang indah,” gumamnya. Kasim Hyung melihat
wajah Hwon yang cerah dan bertanya apakah Hwon menyukai salah satu dari
kedua gadis tersebut?

Tiba-tiba Hwon menggenggam tangan kasim Hyung, “Hyung Sun-ah, hanya kau seorang.” Hahaha..
“Yang Mulia, mengapa Anda seperti ini?”
Dan terdengarlah suara kasim Hyung berteriak hingga terdengar ke halaman, “Tidak, Yang Muliaaa!!”
Hwon meminta kasim Hyung membiarkannya menemui Yeon-woo diam-diam.
Kasim Hyung berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Hwon. Menurut
kasim Hyung hal itu tidak mungkin. Putera Mahkota tidak bisa bertemu
dengan seorang gadis secara pribadi di istana. Bagaimana bisa Hwon pergi
tanpa diketahui para dayang dan bekeliaran tanpa diketahui para
penjaga.
“Itulah sebabnya aku meminta bantuanmu.”
“Apa Yang Mulia sudah lupa dengan kejadian terakhir?” tanya kasim Hyung. Ia dihukum karena Hwon pergi diam-diam.

“Siapa yang dengan tulus menyemangatimu dan membantumu dengan tulus
ketika kau gagal dalam evaluasi?” tanya Hwon, memotong perkataan kasim
Hyung,
“A-a-a-a….Anda, Yang Mulia.”
“Siapa yang membantumu berkonsentrasi, belajar, dan membimbingmu saat ujian?”
“Anda, Yang Mulia,” jawab kasim Hyung sedih, menyadari ke arah mana perkataan Hwon ini.
“Dan kepada siapa kau harus berterimakasih atas kenaikan jabatanmu?”
“Yang Muliaaa,” ujar kasim Hyung hampir menangis, pasrah.
Hwon mengangguk tersenyum.

Hwon menuliskan pesannya untuk Yeon-woo: “Setelah mendengarmu datang,
aku tidak bisa tidur. Aku akan mengirim seseorang untuk segera
menemuimu. Lee Hwon.”
Kasim Hyung memberikan surat itu pada seorang pelayan. Pelayan itu
tidak mau. Tapi ketika kasim Hyung memberikan hadiah, pelayan itu
berjanji akan merahasiakannya. Ia memasukkan surat itu ke dalam kotak
peralatan menjahit yang akan diberikan pada Yeon-woo.

Bo-kyung dan Yeon-woo menghadap Ratu Han. Ratu menyambut kedatangan
mereka dengan lembut dan memberi petuha-petuah dengan anggun. Pintu
dibuka, Puteri Min-hwa lari-lari memberi salam pada ibunya lalu langsung
duduk membelakangi ibunya dan bertanya pada kedua gadis itu mana yang
merupakan adik Yeom.
“Puteri,” Ratu memperingatkan. Tapi Puteri yang satu ini mana mau
denger. Dia beringsur ke depan Bo-kyung, “apakah kau?” Bo-kyung tak
menjawab.

“Kau?” tanya Min-hwa pada Yeon-woo.
Yeon-woo kebingungan. Puteri Min-hwa terus mendesak menginginkan jawaban. Akhirnya Yeon-woo menjawab bahwa dia adik Yeom.
“Waah sudah kuduga. Kau mirip dengan sarjana Heo dan sangat cantik,” seru Puteri Min-hwa dengan kagum.
Bo-kyung melirik dengan cemburu, apalagi ketika Puteri Min-hwa memberi hadiah pada Yeon-woo.

Bo-kyung dan Yeon-woo selanjutnya menghadap Ibu Suri. Mereka memberi
hormat dengan anggun. Ibu Suri terkesan, terutama pada Bo-kyung. Yoon
Dae-hyung adalah keponakan Ibu Suri jadi Bo-kyung masih satu keluarga
dengan Ibu Suri. Tapi Ibu suri tidak memperlihatkannya. Ia berkata pada
Ratu Han dan Selir Park, kedua gadis itu bagai bunga yang sedang mekar.
Ia meminta mereka menjaga Puteri baik-baik.
Di balik pemisah ruangan di kamar Ibu Suri, Shaman Jang memperhatikan
wajah keduanya. “Di langit Joseon ada dua bulan,” ucapnya dalam hati.

Kasim Hyung mencoba menasihati Hwon agar tidak berpartisipasi dalam pertandingan. Ia khawatir Hwon terluka.
“Jika aku mati, aku mati. Tapi aku tidak tahan dengan kebosanan ini.”
“Saat raja mengetahuinya, aku akan mati,” keluh kasim Hyung.
“Kau memang cerewet,” gerutu Hwon.
Saat ia berpaling, ia melihat Yang Myung. Yang Myung tersenyum dan
menanyakan kabar Hwon. “Kakak!” Hwon tertawa dan berlari memeluk Yang
Myung.

Hwon ingin menghabiskan waktu bersama Yang Myung tapi Hyung Sun
berkata Hwon harus segera pergi. Hwon mendapat ide. Ia mengajak Yang
Myung ikut bermain dalam pertandingan. Ia memerintahkan pengawalnya
dibagi menjadi dua tim. Mereka akan bermain sepakbola ala Joseon.
Tim Hwon berseragam biru. Yeom dan Yang Myung termasuk di dalamnya.
Woon berada di tim merah. Yeom, Yang Myung dan Woon saling melempar
senyum lalu mengulurkan kepalan tangan mereka, semacam toss gitu^^

Hwon heran, ternyata mereka bertiga saling kenal. Yang Myung
memperkenalkan Woon pada Hwon. Woon adalah juara pertama ujian bela diri
sedangkan Yeom juara pertama literatur. Hwon jadi ingat, ia pernah
berbohong pada Yeon-woo (ketika Yeon-woo mengira Hwon seorang pencuri)
bahwa kakaknya adalah juara pertama bela diri di Sungkyunkwan. Yeon-woo
jelas tidak percaya karena ia tahu orang itu adalah Woon, sahabat
kakaknya.
“Kau pria yang hampir menjadi kakakku. Ini kebetulan yang
menyenangkan,“ ujar Hwon geli. Woon kebingungan, demikan pula Yeom dan
Yang Myung.

Sementara para pria memeras keringat, para wanita menjahit dalam
keheningan. Puteri Min-hwa langsung merasa bosan dan mengeluh. Bo-kyung
dan Yeon-woo tersenyum geli melihat Min-hwa. Ketika hendak mengambil
sesuatu dalam kotak jahitnya, Yeon-woo menemukan kain yang berisi surat
Hwon. Yeon-woo membacanya dan membayangkan Hwon sedang mengancamnya
sambil mengacungkan jari, “Aku tidak bisa tidur saat tahu kau akan
datang. Aku akan segera mengirim seseorang, jadi mari kita bertemu.”
Yeon-woo cepat-cepat melipat surat itu kembali. Bo-kyung sekilas
melihatnya dan bertanya ada apa. “Tidak ada apa-apa,” sahut Yeon-woo
gugup.

Puteri Min-hwa tak tahan lagi. Ia menarik tangan Yeon-woo dan
mengajaknya bermain. Mereka keluar diikuti para dayang, meninggalkan
Bo-kyung sendirian. Bo-kyung kesal.
Ia berdiri dan menyusul mereka, tapi ia berbalik dan membaca surat
Hwon yang tergeletak di kotak menjahit Yeon-woo. “Lee Hwon?” gumam
Bo-kyung. Bo-kyung tidak tahu kalau itu adalah nama sang Putera Mahkota.

Min-hwa mengajak Yeon-woo bermain. Yeon-woo tersenyum tpai tidak
mengikutinya. Bo-kyung segera mengikuti Min-hwa dan bermain. Matanya
ditutup dan ia harus menangkap Puteri Min-hwa atau para dayang yang ikut
bermain. Yeon-woo memperhatikan mereka dari pinggir.
Kasim Hyung mendekatinya dan bertanya apakah ia Yeon-woo. Yeon-woo
ingat Hwon menulis dalam suratnya bahwa seseorang akan datang
mencarinya. Yeon-woo berbohong dan berkata bukan dia orangnya, lalu
buru-buru ikut bermain.
Kasim Hyung kebingungan karena Yeon-woo sangat mirip dengan Yeom.
Lalu ia melihat Bo-kyung dan berpikir pastilah dia yang namanya
“Yeon-woo”.

Tiba-tiba Min-hwa berdiri di hadapan kasim Hyung. Kasim Hyung segera
pamit mohon diri tapi Min-hwa menarik ikat pinggangnya dan berhasil
menjebak kasim Hyung untuk mengatakan di mana Yeom. Min-hwa tersenyum
saat tahu Yeom dan kakaknya sedang bertanding.
Sekejap kemudian tempat itu sepi, hanya tersisa sang dayang pengasuh yang ditutup matanya. Hihi..main kok sendirian^^

Min-hwa mengajak Yeon-woo dan Bo-kyung menonton pertandingan itu.
Belum ada yang membuat gol. Yang Myung hampir berhasil tapi Woon
menghentikan bola itu sebelum masuk gawang.
Hwon mendapat giliran menggiring bola. Ia berhasil membuat gol
pertama. Semua bertepuk tangan. Min-hwa mencari-cari di mana Yeom,
sementara Yeon-woo melihat Hwon dan terpaku. Bo-kyung juga mengenali
Putera Mahkota (bajunya beda sendiri) dan langsung menyukainya.

Shaman Jang berkata pada Ibu Suri bahwa keinginannya akan terkabul.
Salah satu dari dua gadis itu berpotensi menjadi istri Putera Mahkota.
Ibu Suri merasa puas.
Shaman Jang meninggalkan kediaman Ibu Suri sambil berpikir, ”Lelucon
takdir macam apa ini? Orang yang cocok menjadi ratu tidak bisa mendiami
kediaman ratu, sementara yang tidak cocok menjadi ratu, ditakdirkan
untuk menjadi ratu.” Dengan cemas ia melihat ke langit, “Dua bulan dua
matahari….dan bau kematian.”
Yang Myung berhasil membuat gol dan Hwon memeluknya. Hwon terjatuh
ketika seorang pemain lawan tak sengaja menjegal kakinya. Semua
terkesiap. Pengawal yang menyebabkan Hwon jatuh langsung ketakutan.
Hwon bangkit berdiri sementara pengawal itu hendak diseret untuk
dihukum. Hwon memberikan perintah agar selama permainan jangan hanya
memberikan bola padanya atau memberinya jalan agar ia bebas bergerak. Ia
memerintahkan semua bermain secara jujur. Yeon-woo terkesan.


Dayang pengasuh Min-hwa akhirnya menemukan Min-hwa dan berkata akan timbul masalah jika Raja mengetahui Min-hwa di sana.
“Tenang, Ayah selalu di pihakku,”katanya. Tapi akhirnya ia berbalik
juga. Yeon-woo mengikuti tapi menoleh lagi ke lapangan . Yang Myung
senang melihat Yeon-woo tapi pandangan Yeon-woo bukan kepadanya,
melainkan pada seseorang di belakangnya. Hwon.
Yang Myung langsung menyadari apa yang terjadi.
“Tidak apa-apa jika semua orang menjadi milik Pangeran, asalkan Heo Yeon-woo milikku,” batinnya sedih.

Ketika sedang kembali ke kediaman putri, rombongan Putri Min-hwa
berpapasan dengan rombongan Raja Seongjo. Raja bertanya apakah Puteri
bersenang-senang dengan gadis lainnya. Min-hwa menjawab ia paling
menyukai Yeon-woo. Yoon Dae-hyung langsung tidak senang dan menatap
puterinya.
Baginda bertanya siapa Yeon-woo. Yeon-woo dengan sopan memperkenalkan
dirinya sebagai puteri Menteri Heo. Raja bertanya apakah Bo-kyung
puteri Menteri Yoon? Bo-kyung memperkenalkan dirinya. Raja memuji mereka
berdua. Ia berharap mereka dapat berteman baik dengan sang puteri.

Raja menasihati mereka dengan sebuah peribahasa tentang pohon di
istana. Ia bertanya apakah mereka tahu artinya. Bo-kyung meminta maaf,
ia tidak tahu artinya karena ia hanya mempelajari hal-hal wanita,
ayahnya berkata pendidikan sarjana hanyalah bagi kaum pria. Raja bisa
menerima jawaban itu.
Raja bertanya pada Yeon-woo. Yeon-woo melihat ayahnya, yang tersenyum
mengangguk memberikan semangat. Yeon-woo menjawab arti peribahasa itu
adalah tidak mengatakan pada orang lain mengenai apapun yang terjadi di
istana, bahkan tidak memberitahu orang lain pohon apa yang tumbuh di
istana.
Raja terkesan dan meminta keduanya selalu menutup mulut atas apa yang
terjadi di istana. Lalu ia berlalu bersama rombongannya. Yoon Dae-hyung
melirik kesal pada putrinya. Bo-kyung menunduk dalam-dalam, tidak
berani melihat ayahnya. Jadi kasian sama Bo-kyung, itulah sebabnya anak
harus dibesarkan dalam kasih sayang. Ikut berperibahasa ah…buah tidak
jatuh jauh dari pohonnya. Like father like daughter…keterusan deh…

Yang Myung memberanikan diri untuk menemui Raja. Dengan dingin Raja
bertanya mengapa Yang Myung menemuinya. Ouch..memang anak ngga boleh
ketemu bapaknya ya? Yang Myung berkata ia ingin mengajukan sebuah
permintaan. Raja mengijinkan.
Yang Myung bercerita ia menyukai seseorang. Tak peduli apa yang
terjadi, ia ingin menjalani hidupnya bersamanya. Ia tahu Raja mungkin
sudah menyediakan calon pasangan baginya tapi ia meminta Raja
mempertimbangkan perasaannya. Ini adalah permintaannya yang pertama dan
terakhir.
Ia memejamkan matanya siap-siap mendapat penolakan. Raja melihat ekspresi Yang Myung.

“Ia berasal dari keluarga mana?”
Yeng Myung terkejut. Raja kembali menanyakan nama keluarga gadis itu.
Yang Myung menjawab gadis itu adalah putri keluarga Heo, Heo Yeon-woo.
Raja terdiam.
“Aku akan memikirkannya.”
Yang Myung tak percaya dengan apa yang ia dengar. “Kubilang aku akan
memikirkannya,” kata Raja. Yang Myung tidak bisa menyembunyikan
kegembiraannya. Ia berterima kasih pada ayahnya dan keluar masih dalam
keadaan linglung. Ia bersorak dalam hatinya.

Malam itu keluarga Yeon-woo berkumpul, mereka membicarakan hari
pertama Yeon-woo di istana. Respon Yeon-woo sangat singkat, “Baik.”
Kedua orangtuanya saling berpandangan. Hanya itu saja, tanya ibunya.
Yeon-woo membenarkan. Ibunya penasaran, ia sudah menunggu seharian untuk
bertanya tapi Yeon-woo hanya menjawab seperti itu. Yeon-woo berkata
tadi ia melihat Yeom.
“Bagaimana caranya?” tanya Yeom . Yeon-woo berkata itu adalah rahasia
jadi jangan bertanya. Ia sedang menggoda kakaknya, mengulang peribahasa
Raja mengenai pohon istana. Ayah Yeon-woo tertawa dan berkata Yeom
harus belajar dari Yeon-woo. Tadinya ia khawatir Yeon-woo masuk ke
istana tapi ia ternyata tidak perlu khawatir.
Ayah Yeon-woo memuji puterinya lebih dari guru yang lain. Yeon-woo
balik memuji ayahnya yang terbaik. Ibu Yeon-woo tak mau kalah dan
berkata Yeom yang paling tampan dan paling pintar. Yeom membalas ibunya
yang terbaik juga. Mereka sangat bahagia. Keluarga yang hangat dan
saling menyayangi. Membuatku khawatir dengan episode-episode
mendatang…sigh….

Seul sedang asyik belajar ilmu pedang (menggunakan pedang kayu)
ketika Yeon-woo mendekatinya. Hampir saja Yeon-woo terkena pukulan
pedang. Seul cepat-cepat menurunkan pedangnya dan meminta maaf. Yeon-woo
masih shock, jantungnya hampir copot kali ya ^^

Yeon-woo bercerita mengenai seseorang yang menerima surat dari
seseorang dan isinya adalah: “Setelah mendengarmu datang, aku tidak bisa
tidur. Aku akan mengirim seseorang untuk segera menemuimu.” (isi surat
Hwon). Ia menanyakan apa pendapat Seul mengenai isi surat itu. Dasar
Seul yang otaknya dipenuhi bela diri, ia langsung berkata bahwa itu
adalah ancaman.
Seul bertanya apa seseorang sudah menemui orang itu sesuai
ancamannya. Yeon-woo mengatakan ada, tapi orang yang dicari itu
berbohong. Seul berkata orang itu bodoh. Artinya Yeon-woo bodoh hahaha^^
Seul berkata orang itu telah membuat masalah menjadi lebih besar,
harusnya orang itu dengan percaya diri mengaku kalau mereka telah
menemukan orang yang benar. Yeon-woo tertegun, ia takut sesuatu terjadi
jika orang itu mengaku. Tapi Seul berkata orang itu telah bersikap
pengecut dan juga berbohong. (Betul, berbohong pasti menimbulkan hal
yang tidak baik….)

Yeon-woo berjalan-jalan di halaman rumahnya dan membayangkan Hwon
berdiri di sana. Hwon menoleh padanya dan tersenyum, bertanya apakah
Yeon-woo berpikir ia sedang menakutinya. “Tidakkah begitu?” tanya
Yeon-woo. “Bagaimana menurutmu?” Hwon balik bertanya.
“Jika aku mengatakan tidak, apa kau akan mengirim orang lagi?”
“Jika aku melakukannya, apa kau akan menemuiku? Apa kau akan menemuiku?”
Yeon-woo menunduk, “Aku ingin bertemu denganmu sekali saja. Apa kau
akan mengirim orang itu lagi?” Yeon-woo berharap Hwon mengirim orang
lagi dan kali ini ia akan mengaku dan bertemu dengan Hwon.
Saat ia mengangkat wajahnya, bayangan Hwon sudah menghilang.

Yoon Dae-hyung ingat Puteri Min-hwa berkata ia paling menyukai
Yeon-woo. Bo-kyung dipanggil menemui ayahnya. Yoon langsung bertanya
apakah Bo-kyung melakukan kesalahan hari ini di istana? Tidak, jawab
Bo-kyung. Ayahnya memarahinya karena tidak bisa menarik hati Min-hwa.
Bo-kyung menumpahkan kekesalannya.
“Itu karena aku bukan adik Yeom. Puteri menyukai Yeom hingga ia memilih Yeon-woo.”
Bo-kyung juga bercerita, bukan hanya puteri tapi teman pangeran juga
mengirim surat padanya. Yoon curiga dan bertanya siapa nama pengirim
surat itu. Lee Hwon, ujar Bo-kyung. Yoon terkejut.

Yoon memberitahukan kabar ini pada Ibu Suri. Ibu Suri baru menyadari
Putera Mahkota sudah mencapai usia untuk mengirim surat cinta. Ia
bertanya-tanya bagaimana Hwon bisa mengenal Yeon-woo. Yoon menebak, dari
kakaknya Yeon-woo yaitu Yeom. Ibu Suri tidak khawatir karena Hwon belum
mengumumkan dia menyukai gadis itu. Tapi Yoon khawatir karena Raja juga
menyukai gadis itu dan ia mengkhawatirkan kekuasaan Menteri Heo
bertambah. Ia mengusulkan mereka harus segera bertindak.

Bo-kyung tiba di istana terlambat karena ia ingin terlihat lebih
cantik (more makeup, more hairdo, more clothes?). Ia sudah menegaskan
pada ayahnya bahwa ia ingin tinggal di istana (alias menjadi Puteri
Mahkota) dan akan membuatnya berhasil. Saat ia melangkah hendak memasuki
istana, kasim Hyung mendekatinya dan berbisik bahwa Putera Mahkota
ingin bertemu dengannya. O-ow.

Hwon menunggu di sebuah ruang kosong . Ia ingat kasim Hyung berkata
Hwon terlihat berwibawa dan menarik saat berdiri membelakangi seseorang.
Jika Hwon berdiri membelakangi seseorang lalu pelan-pelan menoleh ke
belakang, maka hati gadis manapun akan terpikat.
Hwon mempraktekkannya dan tertawa geli sendiri. Ia mendengar suara
langkah kaki, buru-buru ia mengambil posisi. Berdiri membelakangi pintu
masuk. Semakin dekat suara langkah kaki itu, Hwon semakin gugup.

Bo-kyung masuk, dan berdiri menunduk tanpa mengucapkan sepatah katapun.
“Sekarang aku bisa menemuimu. Kau sudah tahu, aku adalah Putera Mahkota negeri ini.”
Pelan-pelan ia menoleh ke belakang dan melihat Bo-kyung. Tapi ia
tidak mengenalinya karena Bo-kyung terus menunduk hingga wajahnya tak
terlihat.
“Aku tidak tahu alasannya, tapi sejak aku bertemu denganmu hari itu,
aku tidak bisa melupakanmu. Ketika aku mendengar kau ada di istana ini,
aku ingin menemuimu lagi walau diam-diam seperti ini. Sangat sulit untuk
bisa bertemu denganmu jadi mengapa kau tidak memperlihatkan wajahmu?”
Poor Bo-kyung. Dia mengangkat wajahnya dan tersenyum manis, pastinya sangat berbunga-bunga mendengar Hwon berbicara seperti itu.

Poor Hwon. Dia sangat shock.
“Siapa kau?”
“Apa?”
“Aku bertanya siapa kau?”
“Hamba Yoon Bo-kyung, puteri Menteri Yoon. Yang Mulia mengirim utusan….”
“Maafkan aku,” potong Hwon cepat, “Tapi ada kesalahan di sini.” Lalu ia buru-buru keluar.

Poor Kasim Hyung, ia ketakutan melihat Hwon sangat kesal. Tapi Hwon tidak mengatakan apapun dan pergi.
Bo-kyung keluar sendirian. Seorang pelayan melihatnya.

Puteri Min-hwa dan Yeon-woo membuat gelang. Gelang Puteri Min-hwa
lebih besar dari gelang Yeon-woo. Yeon-woo berkata gelang Puteri Min-hwa
lebih cantik dari gelangnya.
“Tanyakan pada siapa aku akan memberikannya. Ayo tanyakan!””
“Yang Mulia membuatnya untuk diberikan pada siapa?”
“Sarjana Heo. Kau akan memberikannya pada siapa?”
Yeon-woo terkejut, “Hamba juga akan memberikannya pada kakak hamba.”
“Tidak boleh!!” seru Puteri Min-hwa, “Aku akan memberikannya pada
kakakmu dan kau akan memberikannya pada kakakku, maka itu adil.”

Yeon-woo tidak berani memberikannya (langsung) pada Putera Mahkota.
Min-hwa mengulurkan tangannya. Ia yang akan menyampaikan gelang itu pada
kakaknya. Yeon-woo tidak memberikan gelang itu. Ia ingin membuat gelang
yang lebih bagus.
Bo-kyung datang. Dengan ceria Min-hwa menyambutnya tapi kembali asyik
mengobrol dengan Yeon-woo. Bo-kyung merasa kesal. Ia melihat Yeon-woo
dan ingat perkataan Hwon tadi. Ia menyadari gadis yang dimaksud Hwon
adalah Yeon-woo.

Pelayan yang melihat Bo-kyung tadi menyebarkan gosip pada pelayan
lainnya bahwa Hwon bertemu diam-diam dengan Bo-ktuyung. Mereka
bertanya-tanya apakah Hwon dan Bo-kyung sudah saling mengenal
sebelumnya. Celakanya, percakapan mereka terdengar oleh Ratu Han.

Sementara itu kasim Hyung sedang dimarahi oleh Hwon. Hyung-sun
menganggap tidak adil jika ia dimarahi, Yeon-woo yang tidak mengaku
kalau ia adalah Yeon-woo. Hwon bertanya mengapa Yeon-woo harus
berbohong, tidak ada alasan bagi Yeon-woo untuk menghindarinya. Kasim
Hyung mencoba membantu dengan menggambar diagram otak Yeon-woo. (Bagi
yang suka browsing Kdrama pasti tahu setiap ada Kdrama yang lagi trend,
muncul diagram otak para pemerannya.Diagram otak itu mengambarkan apa
saja yang dipikirkan tokoh itu.)
Menurut kasim Hyung, otak Yeon-woo 70% berisi pelajaran dan pengaruh
kakaknya. Jadi ia tidak akan memperhatikan pria sembarangan. Tapi di
sisi lain, pria menarik seperti Yang Myung dan Woon belajar bersama
kakaknya. Jadi, yang Myung menempati 20% dan sisanya 10% ditempati oleh
Woon.

Hwon jadi patah semangat. Ia menunjuk sebuah titik kecil di ujung diagram, “Apa arti titik kecil itu?”
“Ini adalah Anda, Yang Mulia.”
Hwon kesal dan protes mengapa dari semuanya, dia cuma sebuah titik
kecil. Kasim Hyung mnecoba menjelaskan itu karena Hwon tidak tinggal
berdekatan dengan Yeon-woo dan pertemuan mereka diawali dengan
kesalahpahaman. Tapi Hwon sedang kesal, ia menyuruh kasim Hyung
menghadap arah lain (tidak melihat ke arah Hwon) karena ia tidak tahan
melihat wajahnya. Kasim Hyung beringsut-ingsut ke ujung ruangan dengan
wajah sedih.

Tapi ada yang lebih parah. Hwon dipanggil menemui Raja. Di luar,
kasim Hyung diseret oleh para pengawal. Kasim Hyung berteriak-teriak
ketakutan memanggil Hwon.Hwon tidak berdaya.

Raja sangat marah pada Hwon. Ia menanyakan kebenaran gosip mengenai
Hwon bertemu diam-diam dengan Bo-kyung. Hwon membenarkan tapi itu adalah
sebuah kesalahan.
Raja tidak menerima penjelasan itu. Hwon mengaku ada seorang gadis
yang ia sukai. Raja terkejut. Hwon menceritakan ia hendak bertemu gadis
yang ia sukai tapi gadis itu bukanlah puteri Menteri Yoon. Gadis yang ia
sukai adalah puteri Menteri Heo.
Raja ingat Yang Myung juga mengatakan hal yang sama. Hwon berkata gadis itu telah menempati hatinya.
“Aku akan bersikap seolah aku tidak mendengar perkataanmu barusan,” kata Raja Seongjo.
Hwon protes tapi raja memarahinya. Mengingatkan Hwon adalah Putera
Mahkota negeri ini dan gadis itu akan berada di tengah pertentangan dua
faksi politik . Ia bertanya mengapa Hwon tidak memikirkan hal ini. Raja
berkata ia akan mengatasi hal ini tapi Hwon jangan mengecewakannya lagi.
Hwon menurut.

Malam harinya Bo-kyung dan Yeon-woo berjalan pulang keluar istana.
Yeon-woo bertanya apakah Bo-kyung akan pulang dengan tandu karena tadi
Bo-kyung mual/mabuk saat naik tandu hingga terlambat. “Bukan urusanmu,”
ujar Bo-kyung dalam hati. Ia tersenyum dan berkata, “Terima kasih atas
perhatianmu tapi aku terlambat bukan karena mual.”
Ia mendekat dan berbisik pada Yeon-woo, “Ini adalah rahasia tapi tadi
aku bertemu dengan Putera Mahkota. Yang Mulia bilang dia
memperhatikanku dari jauh dan ingin bertemu denganku.”
Yeon-woo tertegun. Bo-kyung meminta Yeon-woo merahasiakan hal ini. Yeon-woo terlihat patah hati.

Raja bertemu dengan para Menteri. Ia mengumumkan Ibu Suri ingin
mencari istri bagi Putera Mahkota. Raja memerintahkan semua gadis
berusia 12-16 tahun dilarang menikah selama periode pemilihan dan nama
mereka akan dimasukkan dalam daftar seleksi.
Malam itu, Hwon duduk menatap tanamannya. Ia bertanya pada kasim
Hyung apa arti tanaman (pemberian Yeon-woo) itu. Kasim Hyung yang
terlihat pucat dan berjalan tertatih-tatih setelah dihukum (biasanya
dihukum pukul di pantat) menjawab, itu bukan tanaman bunga, itu sayuran
selada. Hwon bertanya-tanya mengapa Yeon-woo memberinya sayuran? Ia
meghela nafas panjang, ia tidak akan pernah tahu alasannya lagi (karena
dia dilarang bertemu dengan Yeon-woo). Merasa putus asa, ia menyuruh
kasim Hyung menyingkirkan tanaman tu. Kasim Hyung ragu-ragu karena ia
tahu betapa Hwon memperhatikan tanaman itu, tapi ia akhirnya membawa
tanaman itu keluar.

Keesokan harinya, Hwon berjalan tanpa semangat. Ia berpapasan dengan
pelayan Puteri Min-hwa, Bo-kyung, dan Yeon-woo. Semuanya menunduk
memberi hormat. Pelan-pelan Yeon-woo memberanikan diri mengangkat
wajahnya dan menatap Hwon. Hwon memalingkan muka, mengingat perkataan
ayahnya bahwa Yeon-woo bisa berada di tengah pertikaian dua faksi
(Yeon-woo yang akan terluka). Hwon berjalan tanpa menoleh lagi. Yeon-woo
kecewa. Bo-kyung menoleh melihat reaksi Yeon-woo.

Di kediaman para shaman, Seongsucheong, Shaman Jang mempersiapkan
para shaman untuk upacara ritual. Ritual ini diadakan untuk mengusir
hantu yang dilaporkan mendiami kediaman lama Pangeran Uisung (adik Raja
yang dibunuh pada episdoe 1). Mereka sudah mendapat ijin dari Ibu Suri
dan tidak seorangpun boleh mengetahuinya.
Sementara itu di istana diadakan semacam festival. Raja dan Ratu, Ibu
Suri dan Selir Park, Hwon dan Putri Min-hwa, seluruh menteri dan
penjabat, Bo-kyung dan Yeon-woo mengikuti acara itu. Sepertinya ini
sebuah festival topeng. Seorang pria menulis di atas kertas yang sangat
besar. Lalu para shaman mulai menari topeng (cheoyongmu: tari topeng
yang biasa dibawakan oleh 5 orang shaman berpakaian 5 warna berbeda
untuk mengusir roh-roh jahat -sumber:
starlightoftheblackpearl)

Yang Myung melihat Yeon-woo dan tersenyum. Tapi Yeon-woo tidak
memperhatikan. Yeon-woo melihat Hwon dengan pandangan sendu. Ia
menggenggam gelang yang dibuatnya untuk Hwon. Hwon menatap lurus ke
depan. Ketika Yeon-woo akhirnya melihat ke arah lain, diam-diam Hwon pun
menoleh memperhatikan Yeon-woo dengan pandangan sedih. Semua ini tidak
luput dari pengamatan Yang Myung yang langsung mengerti apa yang terjadi
antara adiknya dan gadis yang dicintainya. Wajahnya berubah muram.

Shaman Jang memulai ritual (di tempat yang berbeda dari acara
festival). Di tengah-tengah ritual, ia menangis dan tiba-tiba berada di
sisi tebing dan di dekat tebing itu ada sebuah kuburan. Menurutku itu
kuburan Yeon-woo, bukan kuburan Ah-ri. Mengapa? Karena kuburan Ah-ri
berada di hutan, banyak pepohonan. Kuburan ini sama dengan kuburan yang
dilihat Ah-ri saat ia mendapat ramalan mengenai bayi yang dikandung Ny.
Shin, yaitu Yeon-woo.

Festival semakin meriah, semakin banyak orang yang menari. Tiba-tiba
Yeon-woo mendengar suara seorang wanita berbicara padanya. Suara Shaman
Jang.
“Nona, ini bukan takdir yang bisa kaujalani. Ini adalah kesempatan
bagimu untuk menghindarinya. Kau harus menghindarinya selama masih
bisa.” Artinya berlarilah selagi kau bisa.
Yeon-woo menoleh ke sana kemari mencari si pemilik suara dan melihat
Shaman Jang berdiri di tengah orang-orang yang menari. Yeon-woo dan
Shaman Jang bertatapan. Waktu seakan berhenti bagi keduanya. Shaman Jang
mengulangi perkataanya lalu menghilang.

Yeon-woo menoleh ke sana kemari mencari Shaman Jang. Tiba-tiba
seserorang bertopeng muncul di hadapannya hingga Yeon-woo berteriak
ketakutan. Pria itu menaruh jari di mulutnya, memberi isyarat agar
Yeon-woo diam. Lalu menarik Yeon-woo keluar dari kerumunan.
Ia menarik Yeon-woo melewati beberapa bangunan. Yang Myung melihat
sekilas seorang pria bertopeng menarik seorang gadis. Awalnya ia
tersenyum dan tak mempedulikannya. Tapi ia lalu sadar itu adalah
Yeon-woo. Mengira Yeon-woo berada dalam bahaya, ia segera mengikuti
mereka.

Di depan sebuah bangunan yang sepi, pria bertopeng itu melepaskan
tangan Yeon-woo . Pelan-pelan ia berbalik dan melepas topengnya. Ayo,
pasti udah bisa tebak kan?^^
Hwon bertanya apakah Yeon-woo mengenalinya. Yeon-woo mengangguk. Hwon meminta Yeon-woo mengatakan identitasnya.
“Kau adalah….”
“Putera Mahkota negeri ini , Lee Hwon, “sambung Hwon.

Hwon tersenyum lembut. Pesta kembang api pun dimulai. Semua takjub
melihat cahaya indah warna warni berpendar di udara. Raja dan Ratu
tersenyum. Puteri Min-hwa menoleh pada Yeom dan tersenyum. Bo-kyung
berdiri sendirian di tengah arena menari dan melihat ke bawah, gelang
buatan Yeon-woo tergeletak di sana.

“Apa kau memintaku melupakanmu? Kau berharap aku melupakanmu? Maafkan aku. Aku berusaha melupakanmu tapi aku tidak bisa.”
Yeon-woo tertegun. Hwon tersenyum dan kelopak-kelopak bunga (atau
kertas?) berjatuhan. Mereka terus bertatapan. Seseorang melihat mereka
dari jauh. Yang Myung. Patah hati deh …